AKSELERASI KEMPEMIMPINAN KADER HMI MENJAWAB ERA BONUS DEMOGRAFI BANGSA
A. Tujuan 5 Insan Cita Hmi Menjawab Tantangan Era Digital Dan Bonus
Demografi
1. Transformasi Kepemimpinan Hmi
Dalam
kepemimpinani transformasionali pemimpini
menciptakani visii
dani lingkungani
yangi memotivasii
anggotanyai untuki
berprestasii melampauii
harapan.i Kepemimpinani
transformasii dii
deinisikani sebagaii
kepemimpinani yangi
mencangkupi upayai
perubahani bagii
organisasi. i Gayai
kepemimpinani sepertii
inii akani
mengarahi padai
kinerjai superiori
organisasii yangi
sedangi menghadapii
tuntutani pembaharuani
dani perubahan. i
Pemimpini transformasii
berperani sebagaii
pendorong, i
fasilitatori dani katalisator. i
Esensi kepemimpinan transformasional
adalah sharing of power yang
melibatkan bawahan secara bersama-sama untuk melakukan perubahan. Seorang
pemimpin dapat meakukan suatu kepimpinan transformasional (Atwater 1996)
menggunakan cara:
a. Karisma,
Pemimpin transfomasional memberikan contoh dan bertindak sebagai role model
dalam perilaku, sikap dan komitmen bagi bawahannya.
b. Inspirasi,
Pemimpin transformasional memotivasi dan memberi inspirasi bawahannya dengan
jalan mengkomunikasikan harapan yang tinggi secara jelas, menggunakan berbagai
simbol untuk memfokuskan pada usaha atau tindakan dan mengekspresikan tujuan
yang penting dengan cara-cara yang sederhana.
c. Intelctual stimulation Pemimpin transformasional berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya inovasi dan kreativitas. Perbedaan pendapat dipandang sebagai hal yang lumrah terjadi. Pemimpin mndorong para bawahannya untuk memunculkan ide-ide baru dan solusi kreatif atas masalah yang dihadapi. Untuk itu bawahan dilibatkan dalam proses perumusan masalah dan pencarian solusi.
d. Individualized consideration Pemimpin transformasional memberikan perhatian khusus terhadap setiap kebutuhan inividual untuk berprestasi dan berkembang, dengan jalan bertindak sebagai pelatih atau penasehat. Melalui interaksi personal, diharapkan prestasi para anggota akan dapat semakin meningkat.
Kepemimpinan transformasi merupakan gaya kepemimpinan yang menginspirasi dan memberdayakan individu, kelompok dan organisasi dengan cara mentransformasi paradigma dan nilai-nilai organisasi menuju kemandirian. Untuk mentransformasi paradigma dan nilai-nilai tersebut diperlukan pemimpin yang teladan dan mampu membangun optimisme
Akhir-akhir ini, kepemimpinan transformasi dikembangkan untuk menghadapi
perubahan pada masa yang akan datang dengan cara mentransformasi paradigma dan nilai-nilai individu dalam organisasi untuk mendukung tercapainya tujuan dan visi organisasi.
kepemimpinan transformasi semula
dimunculkan oleh Downton pada tahun 1973 dan dikembangkan oleh seorang sosiolog
di bidang politik, MacGregor Burns pada tahun 1978 (Northouse: 2010). Dalam penelitiannya Burn menghubungkan antara
peran kepemimpinan dengan peran kepengikutan. Burn menyatakan bahwa tugas
pemimpin adalah mendorong semangat pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama.
Bernard M, & Ronald E: 2006 menyatakan bahwa Kepemimpinan transformasi
diperlukan, mungkin karena kepemimpinan transformasi menekankan pada motivasi
intrinsik dan juga menekankan pengembangan para pengikut. Pernyataan ini,
walaupun terdapat kata ?mungkin? dapat menguatkan bahwa memberikan motivasi
kepada para pengikutnya merupakan salah satu ciri kepemimpinan transfomasional.
Hal ini tentunya dibutuhkan semangat
kepemimpinan moderat yang lebih peka terhadap dinamika internal organisasi
maupun dinamika kebangsaan dan keummatan. Sebagai kader HMI sudah menjadi
tanggung jawab bersama dalam menyelesaikan problematika dan dinamika yang ada
dalam internal organisasi khusunya dalam organisasi HMI. Degradasi kader
menjadi poin yang paling kursal dikarenakan ini menjadi sebab degradasi
kepemimpinan HMI. Masa depan HMI kini
ada pada generasi sekarang ini yang masih berkecimpung di dalamnya.
Pesatnya
perkembangan teknologi dunia menjerumuskan
Indonesia sebagai salah satu negara yang konsumtif
terhadap produk teknologi di dunia. Wabah candu penyalah gunaan
teknologi yang melanggar moralitas dan dapat dikatakan melanggar budaya
mahasiswa sebagai seorang yang intlek dalam bangsa ini menjadi konsekuensi yang
tidak dapat kita elahkan. Ironisnya sebagai figur seluruh pemuda dalam bangsa
ini kader-kader organisasipun tidak mampu lebih mendalam untuk memfilterisasi
wabah ini lebih khususnya bagi kader HMI sendiri, sehingga berakibat pada
terasimilasinya budaya baik yang sudah mendarah daging dalam HMI. Dengan ikut
partisipasi kader-kader HMI dalam wabah penyalahgunaan teknologi ini adalah
bentuk penzoliman terhadap pendiri HMI.
Konstitusi HMI
adalah salah satu bentuk regulasi yang menjadi rule of game atau aturan main
dalam berorganisasi dalam HMI. Dari Konstitusi inilah grand design HMI dapat
dilihat dan dari Konstitusi juga kepribadian kader-kader HMI akan digambarkan,
baik maupun buruknya HMI dan kadernya seluruhnya termanifestasi dalam
kostitusi. Artinya aktivitas HMI dan orang didalamnya seluruhnya berdasarkan
Konstitusi,maka dari itu perlu adanya aturan yang tertuang dalam Konstitusi untuk memfilterisasi persoalan penyalahgunaan teknologi, sehingga dapat terciptanya sistem yang siap menerima perkembangan teknologi tanpa ada akibat negatif yaitu penyalahgunaan oleh kader-kader HMI.
Selain dari
perlunya regulasi yang mengikat untuk mencegah partisipasi kader untuk
terjerumus dalam wabah penyalahgunaan perkembangan teknologi, maka perlunya
penanaman moral yang mendalam dari pada aparatur HMI yang secara konstitusional
ditugaskan.
Membina dan mengembangkan potensi kader
untuk terwujudnya tujuan HMI serta bertanggung jawab atas penyelewengan moral kader
sepenuhnya ditugaskan dan diberi tanggung jawab kepada pengurus sepenuhnya
sesuai printah Konstitusi, entah itu dari Pengurus Besar samapai pada Pengurus
Komisariat. Peran aparatur HMI memang sangat vital dalam menjaga nama baik HMI
dan dalam rangka menyiapkan pemimpin bangsa, komitmen untuk mengabdi sudah
seharusnya mendarah daging pada setiap aparatur HMI yang kita sebut Pengurus.
2. Konsep Kepemimpinan
Dalam memimpin suatu organisasi, secara
umum seorang pemimpin harus memenuhi berbagai kriteria yang antara lain adalah:
menegakan ilmu/kebenaran; teguh pendirian (Istiqamah); memiliki kecakapan dan
kemampuan
(Kapasitas); tidak memiliki ambisi
kekuasaan; taat asas (Prosedural); bertindak dan bersikap adil yaitu dalam
menentukan sesuatu harus sesuai dengan hukum yang berlaku; hidup sederhana; berakhlak mulia; amanah; dan
tidak munafiq mengetahui dan menghayati tugas; mengenal dan mengembangkan
kemampuan diri (kepribadian); menjadi contoh yang baik (suri tauladan); terbuka
(transfaran); kemampuan Komunikasi
(komunikatif); terlatih (learning by
process); menumbuhkan rasa tanggung jawab anggota terhadap organisasi; bertanggung jawab penuh
(full responsibility); dan
menggunakan organisasi sesuai dengan kepampuannya. Contoh keteladanan dalam
memimpin umat, setiap orang dapat belajar dari keteladanan Rasulullah Muhamad
saw, sebab beliau selain mempunyai keinginan yang kuat untuk mewujudkan, beliau
juga telah dimaksum oleh Allah SWT.
Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu
adalah satu teladan yang terbaik bagi kamu (Q.s. Al Ahzab: 22). Sesungguhnya
engkau Muhamad mempunyai akhlak yang mulia
(tinggi) sekali (Q.s. Al
Qalam: 4)
Kepemimpinan yang inovatif merupakan
model kepemimpinan yang berpikir untuk melakukan terobosan dan berupaya
menghadirkan masa depan dimasa sekarang. Sedangkan, kepemimpinan melayani
berasal dari sikap diri sendiri dimana dapat menjadi yang terdepan dalam memberikan
pelayanan.
3. Insan Cita HMI
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) makna dari restorasi adalah pengembalian atau pemulihan (Pembugaran) kembali pada keadaan semula (tentang sejarah). Sedangkan arah adalah petunjuk, dan membangun gerakan sosial (Social Movement) adalah aktivitas sosial berupa gerakan dan tindakan sekelompok mahasiswa islam yang terorganisir dalam membumikan pembaharuan.
Himpunan Mahasiwa Islam adalah organisasi
pengkaderan, jadi HMI adalah sebagai wadah pencetak insan cita berkualitas yang
harus mempunyai sumbangsih yang nyata terhadap dunia pendidikan, daerah, dan
bangsanya. Sesuai dengan tujuan HMI yang termaktub dalam AD/ART yang
berbunyi “Terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (Pasal 4 AD HMI).
Himpunan
Mahasiswa Islam
(HMI) yang juga sebagai miniatur
masyarakat, kita sebagai kader-kader HMI harus bertanggung jawab dalam
menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang maju terkhusus dikalangan mahasiswa
islam, maka dari itu kader-kader HMI jangan pernah bosan untuk belajar, untuk
mencapai tugas yang sangat mulia yaitu sebagai representasi mahasiswa islam
dalam mencerdaskan kehidupan anak-anak bangsa untuk memimpin di masa depan.
Insan Cita HMI adalah kualitas kepribadian para kader-kader himpunan yang
terbagi tiga aspek yaitu :
a. Insan
Akademis, ialah kader yang berfikir kritis, rasional, objektif, berpengetahuan
luas, dan intlektual.
b. Insan
Pencipta, ialah kader yang kreatif, inovatif, terbuka, dan mau mengembangkan
diri serta mempunyai motivasi karya yang tinggi.
c. Insan
Pengabdi, ialah kader yang bernafaskan islam, serta bersungguh sungguh dalam
mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmu pengetahuaannya untuk
kepentingan kolektif, dan ikut bertanggung jawab atas terciptanya masyarakat
adil makmur yang di ridhoi Allah Swt.
Dengan kata lain, kualitas insan cita
adalah entitas kaum intelektual plus kesadaran, ketaqwaan, dan kearifan.
Kualitas ini terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari serta melekat dalam
setiap diri kader yang selanjutnya mengambil peran dala m disiplin ilmunya
masing-masing.
Insan cita HMI sebagai dunia cita,
yaitu suasana ideal yang ingin diwujudkan oleh HMI, di dalam pribadi seorang
manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas
kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 5 AD
HMI yaitu : 1) kualitas insan akademis, 2) kualitas insan pencipta, 3) kualitas
insan pengabdi, 4) kualitas insan yang bermafaskan Islam, 5) kualitas insan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT. Kelima kualitas insan cita HMI tersebut masing-masing ditandai dengan
beberapa kualitas tertentu dan spesifik, yang harus dimiliki oleh anggota HMI,
sebanyak 17 indikator, ialah :
1. Kualitas Insan
Akademis :
•Berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas,
berpikir rasional, objektif, dan kritis.
•Memiliki kemampuan teoritis, mampu
memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan, selalu tanggap meng-
hadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran.
•Sanggup berdiri sendiri dengan penguasaan ilmu pengetahuan sesuai ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun teknis. Sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai prinsip- prinsip perkembangan.
2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
•Sanggup melihat kemungkinankemungkinan lain
lebih dari sekadar yang ada dan bergairah menciptakan bentuk- bentuk baru yang
lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang Ada (yaitu Allah).
Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan
pembaharuan.
•Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif.
Insan yang potensi kreatifnya dapat berkembang.
•Dengan ditopang kemampuan akademis, ia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan bernapaskan ajaran Islam. 3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi
•Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan
orang banyak atau untuk sesama umat.
•Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukan hanya
membuat dirinya baik tetapi juga kondisi sekelilingnya baik.
•Insan akademis, pencipta dan pengabdi adalah yang bersungguhsungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesama
4.Kualitas Insan yang bernapaskan Islam: Insan Akademis, Pencipta dan Pengabdi yang Bernapaskan Islam
•Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman
pola pikir dan pola lakunya tanpa memakai sebutan Islam, Islam akan menjadi
pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengah nilai-nilai universal Islam
. Dengan demikian Islam teiah menafasi dan menjiwai karyanya.
•Ajaran Islam telah berhasil membentuk 'unity personality dalam dirinya. Napas Islam telah membentuk pribadi yang utuh, terhindar dari split personality, tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim. Insan ini telah mengintegrasikan sukses pembangunan nasional bangsa ke dalam sukses perjuangan umat Islam Indonesia dan sebaliknya.
5.Kualitas Insan yang bertanggung jawab atas terwujuanya masyarakat adil makmur diridhoi Allah SWT:
•Insan
akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
•Berwatak
sanggup memikul akibat-akibat perbuatannya, sadar bahwa menempuh jalan yang
benar memerlukan keberanian moral.
•Spontan
dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan, dan
jauh dari sikap apatis.
•Rasa
tanggungjawab, takwa kepada AllahSWT, yang berperan aktif dalam satu bidang
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
•Korektif
terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat adil
dan makmur.
•Percaya diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai "khalifah fil ard yang hafrus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan. Pada pokoknya insan cita HMI merupakan man of future insan pelopor, yaitu insan yang berpikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya , menyadari apa yang menjadi citacitanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai yang dicita-citakan.
6. Bonus Demografi
Bonus Demografi merupakan fenomena
peradaban kependudukan suatu negara di mana, terjadi ledakan jumlah penduduk
usia produktif yang dapat menjadi modal dasar dalam pembangunan. Permasalahan
yang dihadapi bangsa Indonesia bagaimana penanganan Bonus
Demografi ini sebab apabila tidak ditangani
dengan baik akan menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia, dengan demikian
Bonus
Demografi harus mendapat penanganan yang baik dan komprehensif agar tidak menimbulkan bencana di kemudian hari. Ledakan jumlah penduduk akan berimbas pada segala aspek lain dalam berbagai bidang yaitu kependudukan, kesehatan, kesejahteraan, perekonomian, dan lain-lain.
Masa transisi demografi Bangsa Indonesia yang sangat menguntungkan ketika penduduk usia produktif (1564 tahun) mengalami jumlah terbesar dibandingkan dengan proporsi penduduk usia nonproduktif. Karena proporsi penduduk ini, terdapat keuntungan yang bisa dinikmati oleh suatu negara sebagai batu loncatan untuk memajukan negara yang bersangkutan. Di dalam ilmu demografi, kondisi ini disebut Bonus Demografi. dan Indonesia diprediksi akan mengalami Bonus Demografi pada 2025-2035 yang akan datang. Dalam Seminar masalah kependudukan di Indonesia. Dengan adanya kondisi Bonus Demografi, tentu bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk memajukan kesejahteraan serta memakmurkan masyarakat, apabila masyarakat usia produktif memiliki kualitas sumber daya manusia yang dapat menunjang serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan negara.
7. Transformasi 5 insan cita, akselarasi kepemimpinan kader HMI dalam menjawab era bonus demografi
Transformasi
kepemimpinan HMI dalam menjawab bonus demografi bangsa merupakan tantangan bagi
pemuda generasi milenial saat ini, sehingga dibutuhkan spirit kepemimpinan agar
bonus demografi ini dapat digunakan untuk membangun bangsa dan negara, dan HMI mampu meneruskan dan mewujudkan cita-cita besar para pendiri untuk
menyelaraskan keislaman dan keindonesiaan, memperkokoh persatuan bangsa di
tengah keberagaman, dan menjadi pilar penyokong integrasi bangsa. Tujuan dari
penelitian ini untuk memeroleh gambaran betapa pentingnya kepemimpinan dalam
menjawab bonus demografi.
Komentar